dia, hari dan analogi
Posted by f. surya pramudya
tak sedetik pun pernah aku menganggap hidup ini pasti
walau tak sampai aku berpikir bahwa ini semua hanya ironi
hanya aku, aku yang tidak pernah tertusuk duri
aku yang nyaris sempurna, egois dan tidak tahu diri
hanya aku yang mengerti, hanya aku yang menyadari.
aku yang tidak akan memakai mantra illahi, untuk sekedar mengisi kekosongan hati
kami tidak akan pernah bisa menguasai diri, meski rasa itu benar datang dari hati
tak mudah rasanya untuk tidak bermain dengan rona nya mentari.
indahnya fantasi takkan menghalangi datangnya pagi kami
meski jiwa ini ingin terus dalam lautan, menari dan tak kunjung henti.
hanya aku yang mengerti, hanya aku yang menyadari.
benang merah yang tak akan pernah mati, hanyalah sebatas analogi.
walau tak sampai aku berpikir bahwa ini semua hanya ironi
hanya aku, aku yang tidak pernah tertusuk duri
aku yang nyaris sempurna, egois dan tidak tahu diri
hanya aku yang mengerti, hanya aku yang menyadari.
aku yang tidak akan memakai mantra illahi, untuk sekedar mengisi kekosongan hati
kami tidak akan pernah bisa menguasai diri, meski rasa itu benar datang dari hati
tak mudah rasanya untuk tidak bermain dengan rona nya mentari.
indahnya fantasi takkan menghalangi datangnya pagi kami
meski jiwa ini ingin terus dalam lautan, menari dan tak kunjung henti.
hanya aku yang mengerti, hanya aku yang menyadari.
benang merah yang tak akan pernah mati, hanyalah sebatas analogi.
0 comments: