aku dan saat ini
Posted by f. surya pramudya
setiap kata punya dunia, setiap dunia tersusun atas abadi nya rasa
aku manusia yang tidak peduli akan emas, karena emas tidak memberiku nafas
aku yang ingin terus belajar, belajar menganggapmu ada
ingin terus rasanya mencintaimu apa ada nya
ingin terus rasanya merindukanmu dalam setiap rima
aku tak berdaya, hilang dirundung kemunafikkan rasa
aku pun manusia, jiwa ku suatu saat binasa
aku hanya ingin membuktikan adanya sang semesta
dulu saat aku bisa bicara, merujuk pada kata meraga sukma
kini, ketika saatnya telah tiba, entah kenapa hati ini serasa duka
dia yang bisa melihat, hanya tersenyum dan tak mau banyak berkata
cukup sudah, saat nya aku muak pada dunia
dunia ku dalam kebohongan, dalam perihnya rasa, yang merongrong dan menyayat jiwa
namun entah kenapa aku masih bisa tertawa..
demi ia yang tertawa, demi dirinya yang kucinta, aku terus melihat dengan mata
bahwa dunia ini indah, disaat cinta bukan hanya sekedar rasa
kebodohan ku hanya mengharap kau menunggu ku bukan dengan derai air mata
ketika semua sudah terlambat, aku membatu dan tidak bisa berkata apalagi tertawa.
harap ku padanya hanya sebatas agar kita bisa tertawa, dan menikmati derunya ombak dan sepoi-nya angin dunia..
(fabian perlu 8 menit untuk merefleksikan kebodohan akan waktu rasa dan kepada siapa ia bertanya)
aku manusia yang tidak peduli akan emas, karena emas tidak memberiku nafas
aku yang ingin terus belajar, belajar menganggapmu ada
ingin terus rasanya mencintaimu apa ada nya
ingin terus rasanya merindukanmu dalam setiap rima
aku tak berdaya, hilang dirundung kemunafikkan rasa
aku pun manusia, jiwa ku suatu saat binasa
aku hanya ingin membuktikan adanya sang semesta
dulu saat aku bisa bicara, merujuk pada kata meraga sukma
kini, ketika saatnya telah tiba, entah kenapa hati ini serasa duka
dia yang bisa melihat, hanya tersenyum dan tak mau banyak berkata
cukup sudah, saat nya aku muak pada dunia
dunia ku dalam kebohongan, dalam perihnya rasa, yang merongrong dan menyayat jiwa
namun entah kenapa aku masih bisa tertawa..
demi ia yang tertawa, demi dirinya yang kucinta, aku terus melihat dengan mata
bahwa dunia ini indah, disaat cinta bukan hanya sekedar rasa
kebodohan ku hanya mengharap kau menunggu ku bukan dengan derai air mata
ketika semua sudah terlambat, aku membatu dan tidak bisa berkata apalagi tertawa.
harap ku padanya hanya sebatas agar kita bisa tertawa, dan menikmati derunya ombak dan sepoi-nya angin dunia..
(fabian perlu 8 menit untuk merefleksikan kebodohan akan waktu rasa dan kepada siapa ia bertanya)
jadi iri dengan bahasa teman saya yang satu ini. hiks.
ReplyDeletebahasa saya kenapa, sahabat? hiks
ReplyDelete